Thursday 12 December 2013

Ibu Rumah Tangga Punya Cita2, bisakah?

Bangun pagi yang dipikirin udah masak apa ya hari ini? lanjut nyiapin kebutuhan suami berangkat ke kantor termasuk sarapan alakadarnya misal roti dan secangkir teh manis. Sekejap kemudian menyetrika pakaian yang baru diangkat dari jemuran. Kemudian anak-anak bangun, siap-siap supply kebutuhan anak-anak, menemani bermain sambil sesekali menyicil bahan untuk dimasak. Suami pulang kerja, rumah sudah kembali rapi dari mainan anak-anak dan barang-barang yang berhamburan di karpet, lantai, juga dari remah-remah makanan yang menempel dimana-mana. Lanjut nunggu cucian sambil bercengkerama dengan keluarga. Betul ga ibu-ibu rutinitas seperti ini yang terjadi setiap hari?. Keliatannya enak banget yah, "ritme"-nya dapet..tapi anyway tidak semua kegiatan berjalan mulus seperti diatas. Misal mood lagi ga enak, lagi berantem sama suami, lagi cemburu, punya masalah sama tetangga, anak-anak rewel, anak sakit, dan lain sebagainya. 


Pasti saya yakin masih banyak kegiatan ibu rumah tangga yang lebih hectic dari ini. Kemudian bagaimana bisa kita memikirkan dan melakukan sesuatu untuk ambisi pribadi (baca: cita-cita) kita. Sebelum menikah banyak perempuan yang mensyaratkan suaminya harus begini dan begitu. Termasuk untuk tetap berkegiatan di luar rumah seperti bekerja misalnya. Emmm.. boleh saja, tetapi mugkin kita lupa akan takdir Allah dan kewajiban untuk berbakti dan mematuhi perintah suami. Adakalanya ketaatan pada suami mengalahkan ideologi. Lalu bagaimana caranya agar tetap exist walau seharian mengurus anak dan segudang pekerjaan domestic rumah tangga lainnya? Eitsss, jangan salah, mengurus anak itu artinya kita exist berkontribusi untuk menciptakan peradaban di tangan kita sendiri, tangan para ibu yang ayunannya dapat menggoncangkan dunia. 
Masih kurang? Oke sama-sama kita cari alternatif lain ya. Terkadang kita melupakan sarana vital yang dengannya kita bisa membuka jendela dunia dan menembus batas komunikasi. Yup internet, selain buku yang menjadi sarana wajib untuk membuka wawasan keilmuan dan membuka jendela dunia. Kadang internet kita gunakan hanya untuk "say hi" di sosial media. Banyak sekali yang bisa kita lakukan dengan mengakses internet. Pelatihan-pelatihan online dan bahkan kuliah yang berkurikulum pun ada di dunia maya. Sekarang tinggal bagaimana kita mendeteksi hobi dan ketertarikan kita pada sebuah minat. Bagaimana caranya? bertanyalah pada diri anda sendiri dan jawab sejujurnya dari hati yang mendalam. Karena pada hakikatnya yang mengenal diri kita adalah kita sendiri. Atau bisa juga meminta pendapat suami, sebagai partner kehidupan sedikit banyak doi pasti tau apa yang menjadi bakat kita. Minat dan bakat adalah dua hal terpisah yang terkadang bisa saling memengaruhi dan juga tidak saling berikatan. Bakat tanpa minat tidak akan menghasilkan apa-apa tetapi minat yang sangat kuat tanpa bakat akan menghasilkan sesuatu yang wah. Kalau kata pepatah bilang, seorang profesional adalah seorang amatir yang tidak pernah menyerah. Minat yang terus digali akan membawa kita pada perubahan besar dan bukan tidak mungkin akan kita temukan "bakat yang terpendam".
Balik lagi soal internet, kebermanfaatan internet sebagai penggali bakat dan penyaluran minat harus betul dirasakan oleh seluruh keluarga. Jangan sampai karena ambisi pribadi, suami dan anak-anak terlupakan. Di sela-sela berselancar dengan internet kesana kemari, selipkan waktu untuk searching resep untuk variasi menu keluarga atau mencari kegiatan anak-anak untuk dirumah. Syukur-syukur kalau minat kita sudah disitu, ya tinggal dilanjutkan. Sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui bukan? Pertanyaan berikutnya, kok kayanya ga ada yang sesuai sama cita-cita saya ya dunia internet kan itu-itu aja? Yakiiiin, kalau cita-cita kita cuma satu? Segera beralihlah ibu-ibu kepada cita-cita yang bisa kita gapai walau dari hal yang kecil. Atau koreksi lagi diri kita apakah selama ini kita sudah cukup untuk berenang dalam lautan informasi, atau ternyata kita masih berenang-renang di sekitaran pantai. Saat menulis ini pun saya masih terus mencari-cari apa cita-cita saya yang akan dibingkai dengan status IRT. Satu lagi, selain "nguplek" di rumah, kita juga bisa mencari diluar rumah dengan mengikuti kegiatan sosial di lingkungan rumah atau aktif dalam organisasi yang membuat diri kita "keep moving" artinya tidak stagnan dan tidak hanya mengerjakan rutinitas yang itu-itu saja. Perbanyaklah membuka diri, haus ilmu, tidak cepat puas pada diri sendiri, banyak bergaulah dengan perempuan-perempuan hebat, dan satu lagi yang paling utama, jagalah kualitas hubungan kita dengan Allah niscaya semua aktifitas akan terasa ringan dan akan dengan mudah kita menemukan "ritme" yang tepat. Ketika hubungan kita dengan Allah memburuk, disinilah kesempatan syaithan untuk menggoda dan merusak bahkan menghancurkan "ritme" yang sudah kita buat. Allahua'alm bishshawab.
*tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri untuk selalu bersyukur atas nikmat keluarga yang telah diberikan oleh Allah swt

No comments:

Post a Comment