Tuesday 31 December 2013

Dua Musim Dingin

Walaupun aku lebih suka musim panas karena tidak perlu memamakai jaket dan yg dibutuhkan hanyalah AC ketika dirumah maupun di mobil, tetapi musim dingin memiliki arti tersendiri bagiku. Dan musim dingin akan selalu lekat dalam pikiranku. Awal musim itu aku dan anak-anak dijemput oleh pangeran berkendara burung besi *co cwiiit* dalam keadaan haru dan bahagia, akhirnya kami bisa berkumpul kembali. Setelah proses kelahiran anak kedua dan sidang skripsi tatkala tak ada suami disampingku, rasanya campur aduk semua jadi satu. Di satu sisi aku sangat butuh kehadiran suami untuk mensupport apa yg sedang aku alami. Di sisi lain aku juga harus menjadi seseorang yg tegar untuk kedua buah hatiku. Awal musim itu kami diperkenalkan dengan kota Riyadh, kota bersuhu ekstrem ini berada di tengah-tengah Saudi, kota yang dibangun diatas hamparan gurun yg luas dan disini juga banyak pekerja pendatang yang mencari nafkah seperti suamiku. 



Pagi dini hari kami sampai, disambut dengan antrian panjang untuk warga pendatang baru dalam sebuah barisan dimana akan dimintai sidik jari dan foto untuk sebuah kartu bersistem yang terintegrasi yaitu iqama. Alhamdulillah karena membawa bayi (waktu itu Fathia berusia 4bulan) dan batita (Fatih 2tahun) kami didahulukan oleh petugas untuk tidak perlu mengikuti antrian yang panjangnya sekitar 20an orang. Namun ketika kami hendak berjalan ada petugas lain yang meminta kami untuk balik dan kembali mengantri. Pasrah, namanya di negri orang, kita tidak tahu bagaimana budaya negeri tersebut. Kami mengantri diiringi kesabaran Fatih yang mulai lelah karena sudah terbang sekitar 9 jam dari Indonesia dan punggungku sudah mulai pegal karena menggendong Fathia sejak turun pesawat dan mengantri untuk mengambil bagasi. Alhamdulillah, kembali ada petugas yang tidak tega melihat kami. Kami diberikan akses untuk langsung berfoto dan sidik jari untukku karena suami sudah memiliki iqama. Diluar sudah ada yang menjemput, Pak Ahmad teman suami yang semoga kebaikannya dibalas oleh Allah.
Kembali lagi ke musim dingin, kota yang katanya panas hingga 50°C ini ternyata ketika musim dingin juga ekstrem, kami yang baru datang kaget dengan suhu yang pernah mencapai 2°C. Di musim ini kami dipertemukan, di musim ini kami ditakdirkan Allah untuk bersama kembali setelah perpisahan. Di musim ini kami bahagia, berjalan ke taman, berkumpul dengan canda tawa riang anak-anak. Setahun berlalu, musim dingin kembali menghigapi kebahagian berkumpulnya kami sekeluarga. Semoga kami selalu dikumpulkan hingga di Surga Nya kelak.

terima kasih Allah, terima kasih suamiku, satu tahun di Riyadh.. Alhamdulillah..

No comments:

Post a Comment